Tenun Ikat Sikka

Sebuah Karya Peradaban Budaya Masyarakat. Pada noktah yang tertinggi, Tenun Ikat adalah Kekayaan Warisan Budaya.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Menelisik Rekam Jejak Tsunami

Terminologi Tsunami dalam bahasa Jepang, tsu=gelombang nami=pelabuhan.  Secara harafiah Tsunami berarti ombak besar di pelabuhan. Gelombang tsunami terjadi akibat dari perpindahan badan air yang disebabkan perubahan permukaan laut secara vertikal dan mendadak. Perubahan permukaan laut dan gelombang tsunami muncul setelah terjadi gempa bumi dalam laut, tanah runtuh, aktivitas gunung berapi atau hantaman meteor. Namun pada kenyataannya nyaris 90 persen Tsunami terjadi akibat gempa bumi bawah laut.

Tsunami dapat merambat ke segala arah. Kekuatan tenaga yang dikandung gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Didalam laut gelombang tsunami dapat merambah dengan kecepatan 500 – 1000 km perjam. Ketika mendekati pantai laju gelombang menurun hingga 30 km per jam. Namun ketinggian gelombang sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang tsunami bisa masuk menjangkau beberapa ratus meter hingga beberapa kilometer dari bibir pantai.

Bencana gelombang Tsunami sungguh mengerikan. Betapa tidak, karena bencana ini memakan korban jiwa yang tidak sedikit, lantaran disapu dan dihantam gelombang maupun kerugian material. Dari hasil telisik rekam jejak tsunami, gelombang tsunami sudah terjadi sejak tahun 6.000 Sebelum Masehi. Peristiwa demi peristiwa tsunami senantiasa menjadi memori kelam bagi kehidupan umat manusia.

6.000 SM
Gugusan salju besar di Sisilia longsor dan jatuh ke laut. Longsor yang terjadi pada 8 ribu tahun lalu ini memicu bencana tsunami tersebar di Laut Mediterrania. Tidak ada catatan sejarah bencana ini. Hanya para ilmuwan geologi memperkirakan tsunami dengan kecepatan 320 kilometer per jam ini mencapai ketinggian gedung 10 lantai.

1 November 1755

Gempa mengguncang dan menghancurkan Lisbon, Portugal, dan mengguncang sebagian besar Eropa. Pusat gempa di perairan Atlantik Utara, menyebabkan gelombang tsunami setinggi tujuh meter yang menghantam Portugal, Spanyol dan Afrika Utara. Bencana ini menewaskan lebih dari 60 ribu orang.

10 April 1815
Gunung Tambora yang berada di Pulau Sumbawa, NTB meletus. Letusannya setara dengan enam juta kali kekuatan bom atom. Selain menelan 100.000-an korban jiwa, semburan asapnya juga mencapai ketinggian 44 kilo meter dan mengakibatkan gelombang tsunami setinggi empat meter. Gelap gulita selama tiga hari akibat pekatnya debu terjadi dalam radius 600 kilo meter dari pusat letusan.  Keadaan ini berdampak, di bumi belahan utara, suhu turun hingga 0,7 derajat Celcius. Penduduk Eropa dan Amerika Utara pun harus merelakan satu musim panas di tahun itu. Perubahan cuaca yang drastis ini menyebabkan penyebaran wabah penyakit dan kelaparan akibat gagal panen di seluruh dunia.

27 Agustus 1883
Letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda, memicu gelombang tsunami yang menenggelamkan pesisir Sumatera, Jawa bagian utara, dan Kepulauan Seribu. Kekuatan gelombang bisa menyeret karang seberat 600 ton ke pantai. 36 Ribu jiwa meninggal sia-sia. Letusan gunung Krakatau sungguh dahsyat sehingga selama bermalam-malam langit bercahaya akibat debu lava berwarna merah.

Aktivitas gunung diawali 20 Mei 1883 berupa semburan abu dan uap setinggi 11 km dan suaranya terdengar sejauh 200 km. Puncaknya pada 27 Agustus 1883 dentumannya terdengar hingga Singapura dan Australia. Erupsi gunung ini menyemburkan batu apung dan abu setinggi 70-80 km, endapannya menempati area 827.000 km persegi. Runtuhan gunung api Krakatau memicu timbulnya tsunami setinggi 20 m. Gelombang pasang itu menyebar hingga 120 km dari pusat letusan.

15 Juni 1896
Tsunami Sanriku menghantam Jepang. Gelombang tsunami raksasa  setinggi 30 meter muncul sesaat setelah terjadi gempa di Jepang. Seluruh pantai timur disapu tsunami itu, termasuk menyapu kerumunan orang yang berkumpul ketika sedang melakukan perayaan keagamaan. Bencana ini menelan 27 ribu korban jiwa meninggal.

17 Desember 1896

Tsunami merusak bagian pematang Santa Barbara di California, Amerika Serikat, dan menyebabkan banjir di jalan raya utama.

 

31 Januari 1906

Gempa di Ekuador berkekuatan 8,8 Skala Richter di dekat pantai Ekuador dan Kolombia, memicu gelombang tsunami besar yang menewaskan 1.000 orang. Gempa di samudra Pasifik ini menghancurkan sebagian kota Tumaco di Kolombia, termasuk seluruh rumah di pantai yang terletak di antara Rioverde di Ekuador dan Micay di Kolombia. Getaran gempa terasa sampai di seluruh pesisir pantai di Amerika Tengah, San Francisco dan Jepang.

1 Februari 1938
Gempa berkekuatan 8,5 Skala Richter terjadi di Laut Banda, Indonesia, memicu gelombang tsunami yang menyebabkan kerusakan di Banda dan Kai.

1 April 1946
Gempa besar di Alaska menimbulkan gelombang besar di Hawaii. Bencana yang sering disebut sebagai misteri “April Fools Tsunami”.  Gelombang Tsunami yang menghancurkan mercu suar Scotch Cap di kepulauan Aleut beserta lima orang penjaganya, bergerak menuju Hilo di Hawaii dan menewaskan 159 orang.

4 November 1952
Gempa 9 Skala Richer terjadi di timur semenanjung Kamchatka, Rusia, memicu gelombang tsunami di Hawai.

9 Maret 1957
Gempa berkekuatan 9,1 Skala Richter terjadi di Alaska. Gunung Vsevidof di pulau Umnak, kepulauan Andreinof meletus –setelah tidur 200 tahun– menimbulkan gelombang tsunami setinggi 15 meter yang sampai ke Hawai.

9 Juli 1958
Gempa berkekuatan 8,3 SR di Alaska menyebabkan gelombang besar hingga 576 meter di Teluk Lituya, Alaska. Ini merupakan tsunami terbesar yang tercatat di zaman modern. Peristiwa ini tidak merenggut banyak korban, lantaran tsunami terjadi di daerah yang terisolir. Tsunami ini hanya menyebabkan dua nelayan meninggal dunia, karena kapalnya  karam diterjang ombak.

22 Mei 1960

Gempa bumi terbesar yang pernah tercatat sebesar 8,6 SR di Chile. Gempa ini menciptakan tsunami yang menghantam Pantai Chile dalam waktu 15 menit. Gelombang tinggi terjadi hingga 25 meter. Tsunami ini menewaskan 1.500 orang di Chile dan 61 orang Hawaii.

Gelombang raksasa melintas hingga ke pantai samudra Pasifik dan mengguncang Filipina dan pulau Okinawa di Jepang.

4 Februari 1964
Gempa di Alaska berkekuatan 8,7 SR memicu gelombang tsunami setinggi 10,7 meter di pulau Shemya.

27 Maret 1964
Gempa Alaska atau disebut Tsunami “Good Friday” berkekuatan 8,4 SR, menimbulkan gelombang 67 meter di kawasan Valdez Inlet, Alaska. Gelombang dengan kecepatan 640 kilometer per jam, menewaskan lebih dari 120 orang. Sepuluh orang di antaranya dari Crescent City, California, juga mendapat kiriman ombak setinggi 6,3 meter.

16 Agustus 1976

Tsunami di Pasifik menewaskan 5.000 orang di Teluk Moro, Filipina.

23 Agustus 1976
Tsunami di Filipina barat daya menewaskan 8 ribu orang. Gelombang besar ini juga dipicu gempa bumi di sekitar pantai.

12 Desember 1992

Gempa bumi yang berkekuatan 7,8 pada skala  richter dilepas pantai utara flores. Terjadi pada hari Sabtu 12-12-1992, pukul 13.00Wita. Gempa bumi ini menyebabkan tsunami setinggi 36 meter yang menghacurkan rumah yang berada di pesisir utara pantai  flores membunuh setidaknya 2.100 jiwa, 500 orang hilang, 447 orang luka dan 5.000 orang mengungsi.

Gempa ini menghancurkan sedikitnya 18.000 rumah, 113 sekolah, dan 90 tempat ibdah, dan lebih dari 65 tempat lainnya. Kabupaten yang terkena gempa ialah Kabupaten Sikka, Kabupaten Ngada, Kabupaten Ende, dan Kabupaten Flores Timur. Sementara  kota Maumere merupakan wilayah yang paling parah, lebih dari 1.000 bangunan hancur dan rusak berat.  Pemerintah pusat metapkan sebagai bencana nasional.

Data dari Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gempa Flores terjadi dan berpusat di laut Flores, tepatnya berada di sebelah utara laut Maumere, dengan kedalaman 20 km. Tsunami Flores terjadi sebagai akibat dari pergeseran lempeng bumi yang berada di pulau timur Indonesia. Data BMKG ini juga melansir bahwa kepulauan Kabupaten Sikka dan Pulau Flores merupakan daerah yang sangat retan terkena gempa karena posisinya berada diantara dua lempeng besar, yakni Indo-Australia dan Eurasia. Terjadinya pergeseran dua lempeng besar ini akan sangat berpotensi menimbulkan getaran gempa dan disusul dengan tsunami berkategori VII MMI yang berarti berpotensi menimbulkan gempa yang berkekuatan besar dan tsunami yang akan menimbulkan kerusakan yang sangat parah.

Sabtu 12 Desember 1992, keadaan kota Maumere seperti biasa dengan cuaca bersuhu panas semua aktifitas warga berjalan normal. Nyaris tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bakal akan terjadi bencana besar yang mengenaskan. Namun tak dinyana mendadak getaran gempa mengoncang kota Maumere dan kabupaten Sikka. Tak lama berselang gelombang tinggi mendekati area bibir pantai,  tsunami menghatam apa saja yang ada disekitarnya.

Bagi masyarakat Flores, khususnya Maumere, peristiwa gempa teknonik dan hempasan gelombang tsunami yang telah memakan korban jiwa dan melululantakan segala yang dimiliki, menjadi kenangan kelam yang tidak akan pernah terlupahkan.

17 Juli 1998
Gempa dengan kekuatan 7,1 SR mengakibatkan tsunami di Papua New Nugini bagian utara. Gelombang besar memakan korban 2.200 orang dan menghancurkan 7 desa serta mengakibatkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

26 Desember 2004
Gempa maha dahsyat dengan kekuatan 9,3 SR mengguncang di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh. Gempa paling besar sepanjang 40 tahun terakhir ini menimbulkan gelombang tinggi di Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Setidaknya 320 ribu orang dari delapan negara meninggal dunia. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah.

Gempa bumi tektonik berpusat di Samudra India (2,9 LU dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand.

Sementara itu data jumlah korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI (11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka-luka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh dan Sumatera Utara.

Di Bangladesh, sedikitnya 7.000 orang tewas dan ribuan lainnya mengalami luka-luka setelah diterjang gelombang air pasang tsunami yang ditimbulkan oleh gempa dahsyat berkekuatan 8,9 magnitude (sekitar 8,5 skala richter) di Samudera India atau tepatnya di Pulau Sumatera, Minggu (26/12) pagi.

Kawasan yang paling parah terkena imbas gempa terbesar sejak tahun 1964 ini adalah Asia Tenggara dan Asia Selatan. Negara yang paling menderita akibat bencana ini adalah Sri Lanka dengan jumlah korban tewas mencapai 2.498 orang dan sedikitnya satu juta orang mengalami luka-luka akibat diterjang gelombang tsunami setinggi 10 meter.

Hempasan Gelombang tsunami memunculkan bencana banjir bandang yang menyapu bersih pemukiman nelayan di kawasan pesisir pantai. Pemerintah Sri Lanka menyatakan peristiwa ini sebagai bencana nasional.

Selain Sri Lanka negara lain, India, Thailand, dan Maldives turut diterjang tsunami. Menurut pendapat para ahli geofisika dari US Geological Survey, Julie Martinez, gempa di Samudera India itu adalah gempa terdahsyat yang kelima sejak tahun 1900.

Thailand adalah negara kedua yang paling parah kondisinya. Gelombang tsunami setinggi 10 meter menerjang lima provinsi yang terletak di sepanjang pesisir selatan negeri gajah putih itu yakni di Songkhla, Phuket, Krabi, Phang Nga dan Surat Thani. Kondisi terparah ada di pulau wisata Phuket yang sedang padat wisatawan asing dan lokal yang sedang menikmati liburan natal dan tahun baru. Kawasan wisata yang diterjang tsunami itu antara lain Pulau Koh Phi Phi dan Phuket. Sedikitnya 257 orang tewas dan 5.000 orang mengalami luka-luka akibat bencana ini. Banyak wisatawan yang terseret tsunami ke laut.

Di India, dilaporkan sedikitnya 1.625 orang tewas ketika tsunami menerjang pesisir selatan India. Lebih dari 100 orang tewas di Pulau Andaman, India. Sementara sedikitnya 400 nelayan masih dinyatakan hilang akibat disapu gelombang.

Di wilayah belahan selatan India, Cuddalore, lebih dari 88 orang tewas. Sebanyak 23 orang juga hilang di Madras sementara enam korban tewas ditemukan terapung di Ennore. Sebanyak 10 nelayan ditemukan tewas di pinggir pantai di Distrik Machlipatnam, 300 kilometer dari Madras. Belasan korban tewas juga ditemukan di desa Singaryakonda dan Agarpara.

Di Andhra Pradesh, India, air laut menggenangi kampung-kampung pemukiman nelayan setinggi 150 meter termasuk daerah Nellore, Vishakapatnam, Machlipatnam dan Lakinada.

Dari Malaysia dilaporkan sebanyak 42 orang tewas dan beberapa lainnya menghilang disapu gelombang di Pulau Penang.

Sementara itu Pulau Maldives juga diterjang tsunami. Duapertiga bagian dari Male, ibukota Maldives, tergenang air laut setinggi lutut setelah diterjang banjir bandang. Kondisi ini mengkhawatirkan. Pulau ini hanya sekitar lima meter di atas permukaan air laut. Padahal gelombang air pasang setinggi tujuh meter menyapu. Komunikasi dengan pulau-pulau karang lain terputus sama sekali.

Bandara internasional di Male, Hululle, juga terpaksa ditutup karena landasan pacu bandara digenangi air laut. Namun dikabarnya sedikitnya 15 orang tewas.

28 Maret 2005
Tiga bulan kemudian tsunami juga terjadi di Sumatera. Gempa di lepas pantai Nias yang berkekuatan 8,7 SR itu memicu tsunami besar yang menewaskan 1.300 orang di Pulau Nias, Sumatera Barat.

17 Juli 2006
Gempa melanda pantai selatan Pulau Jawa pada Senin (17/07) dan membuat air laut surut hingga satu meter selama sekitar tujuh menit, sekitar 20 menit sejak gempa tersebut terjadilah tsunami setinggi tiga hingga empat meter dan sampai ke darat bahkan ada yang mencapai enam meter.Berdasarkan data United States Survey Geological (USGS) gempa terjadi Senin pukul 15.19 WIB itu berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) dan lokasi episentrum gempa sendiri berada sekitar 260 km arah selatan Kota Bandung di 9,295 LS dan 107,347 BT dengan kedalamannya 48 kilometer.

Sementara itu data Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menyatakan gempa berpusat pada 9,41 Lintang Selatan dan 107,19 Bujur Timur, tepatnya di pantai selatan Jawa, Samudera Hindia berjarak 620 kilometer dari Bandung ke arah Selatan dan berkedalaman 33 kilometer dari permukaan laut dengan kekuatan gempa mencapai 6,8 skala richter.

Menurut catatan pemerintah, jumlah korban meninggal mencapai 341 orang, sedangkan korban hilang sekitar 229 orang. Korban meninggal terbanyak ada di Jawa Barat yaitu berjumlah 239 orang terdiri atas Ciamis atau Pangandaran sebanyak 182 orang, Tasikmalaya 54 orang dan Banjar tiga orang. Sedangkan Jawa Tengah berjumlah 102 orang yang terdiri dari Cilacap 91 orang, Kebumen tujuh orang dan Gunung Kidul empat orang.

25 Oktober 2010
Gempa berkekuatan 7,2 SR yang mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, menimbulkan serangan gelombang tsunami. Seluruh pemukiman yang berada di pantai barat gugusan kepulauan itu diterjang ombak hingga menewaskan ratusan orang.

11 Maret 2011

Gempa bumi berkekuatan 8,8 pada Skala Richter (SR) yang mengguncang Jepang, Jumat siang, 11 Maret 2011, menimbulkan gelombang tsunami.  Air setinggi empat meter menghantam pesisir timur Jepang, yang menghadap ke Samudera Pasifik.

(Edmundus GMS Sadipun/dari berbagai sumber)



Posted in Uncategorized | Leave a comment

Menepis Xenocentris Terhadap Jagat Seni

TEPATLAH bila fenomena xenocentrisme diletakkan sebagai issu sentral, lebih jauh lagi menukik pada xenocentrisme didalam jagat seni kita. Hal ini dimaksud sebagai cermin guna menangkap sebongkah permasalahan yang kini tengah akrab mewarnai sikap masyarakat terhadap setiap produk seni Indonesia. Potretnya meski samar namun telah nampak terungkap dari ketidak berdayaan perkembangan hasil seni dalam meraih penghargaan masyarakat yang pada lingkup ini bertindak selaku pemilik dan sekaligus penikmat seni tersebut.

Memahami makna sesungguhnya dari xenocentrisme adalah sebuah sikap bangsa didalam memandang produk bangsa lain lebih baik ketimbang yang dimiliki oleh bangsanya. Sentuhan sikap ini dirasakan atau tidak, yang pasti tetap melintas disetiap mata hati masyarakat. Wajarlah kalau pada bentangan permasalahan ini kita turut mengamini, bahwa telah tampak indikasi yang kuat masyarakat dihinggapi oleh sikap xenocentrisme. Seusai menyibak dan merentangkaitkan fenomen xenocentrisme khususnya terhadap produk seni. Tidak dinyana ternyata bahwa akibat sikap xenocentrisme ini, pada akhirnya mampu mengkondisikan suatu pengaruh yang maha dahsyat bagi terciptanya kemunduran penghargaan masyarakat terhadap karya seni. Gebrakan kedahsyatan tersebut masih pula mampu menggoyahkan kemapanan maupun keberhasilan karya seni Indonesia.

***

KECENDERUNGAN menganggap produk bangsa lain memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada produk seni bangsanya. Kecenderungan ini lahir berkat dan berkembang, berjalan seiringan dengan derasnya arus informasi dan globalisasi yang kian membumi.

Inilah barangkali merupakan salah satu garis merah yang membahayakan jagat seni kita. Membahayakan proses produk seni Indonesia yang tengah melangkah menuju suatu hasil yang menggembirakan. Masyarakat kita seakan-akan telah terjebak oleh ketidak berdayaan dalam menyaring derasnya trend xenocentrisme ini.

Dilain sisi dengan mengemukanya produk seni import atau asing. Nuansa ini semakin berpengaruh didalam menghimpit napas gerak keleluasaan produk karya seni Indonesia untuk meraih perhatian maupun penghargaan atas karya seni tersebut. Selain itu pula telah mendorong ke suatu arah nuansa persaingan yang tidak seimbang dan bahkan lacurnya sering dimenangkan oleh produk budaya asing.

Akibat lanjut dari dominasi sikap xenocentrisme yang berlebihan, justru memupuk kemelorotan penghargaan masyarakat terhadap produk seni bangsa Indonesia. Sikap tersebut secara langsung ataupun tidak langsung telah merambah didalam diri sanubari masyarakat. Betapa tidak, hal ini dapat dibuka tabir penyelimutnya.

Realita menyodorkan bukti. Sekian banyak kaset lagu-lagu Indonesia tercecer atau tak ubahnya hanya menjadi penghias-penghias etalase toko kaset. Dengan rekor waktu terlama untuk dipajang, seperti terlupahkan atau dilupahkan oleh konsumen yang berhak menjadi penikmat dan pemiliknya. Realitapun masih dengan setia hendak membuktikan kepada kita, bahwa sekian banyak film-film Indonesia yang diputar pada bioskop-bioskop, dengan terpaksa tanpa dikomandoi mengalami kesepian penonton alias ditinggal publik penikmat. Mengapa hal ini harus terjadi? Jawaban sementara yang bisa kita lontarkan adalah, sebagai akibat dari keberpihakan dan kecenderungan sikap xenocentrisme dalam diri masyarakat terhadap karya seni Indonesia.

***

BERPIJAK pada jawaban tersebut dan paradigma diatas, kiranya dapat menghadirkan anggapan baru yang mampu meluruskan beberapa anggapan keliru dari masyarakat selama ini. Bahwa kualitas seni maupun mandeknya produk seni sebagai akibat menurunnya kreativitas seniman dan ketidakmampuan seniman untuk bersaing. Singkatnya, berbagai kemunduran yang terjadi pada bidang seni merupakan tanggungjawab dari para seniman itu sendiri. Dalam lintas ini masyarakat seakan-akan melepaskan tanggungjawabnya untuk memperhatikan dan mendukung setiap karya seni Indonesia. Tanpa berkehendak menyadari kondisi yang suram ini adalah juga merupakan bagian ulah sikapnya sendiri, yang justru mempermudah jalan menuju kemandekan proses perjalanan kemajuan perkembangan seni Indonesia. Pada noktah ini yang tampak adalah masyarakat telah menciptakan kebekuan bagi pekerja-pekerja seni dalam berkarya.

Keberhasilan suatu karya seni hingga menjadi populer dimata masyarakat. Sedikit banyak ditentukan pula oleh beberapa pilihan kemungkinan. Tidak ada pilihan lain kecuali tergantung dan ditentukan sepenuhnya oleh sikap masyarakat untuk menghargai karya seni tersebut. Pantulan kelambanan perkembangan karya seni yang bermutu, sesungguhnya juga lebih banyak ditentukan oleh sikap masyarakat terhadap produk seni tersebut didalam menghargai setiap produk karya seni bangsanya. Ringkas kata, mati hidupnya, maju tidaknya karya seni Indonesia sepenuhnya ada didalam genggaman tangan masyarakat.

Walaupun secara gamblang dan jujur dapat dinilai serta dikatakan berjalan datar-datar saja, namun eksistensi serta perkembangannya setidak-tidaknya untuk masa yang akan datang sangat perlu dihindari. Hal ini bisa terlaksana bila kita telah berpihak kepada harapan agar karya seni Indonesia mampu menyodorkan sesuatu nilai kenikmatan yang terbaik dan bernilai tinggi dalam berkarya.

Meskipun mengemukanya xenocentrisme yang juga merupakan bagian dari arus mode budaya modern. Namun kelangsungannya patut mendapat prioritas untuk segera dibendung. Paling tidak harus diambil sikap maupun langkah yang tepat, guna menghindari semakin meluasnya budaya tersebut pada generasi kita di masa mendatang.

Jika tidak, siapa lagi yang wajib dilimpahkan dan dibebankan tanggungjawab guna meningkatkan penghargaan terhadap karya seni bangsanya. Kepada siapa lagi yang harus mendukung dan paling bertanggungjawab menciptakan kemulusan perkembangan karya seni. Kalau bukan masyarakatnya sendiri. Apakah kita harus terus menutup mata menjumpai sikap xenocentrisme? (*) Edmundus GMS Sadipun, Penikmat Seni.

( Penulis: Edmundus Gabriel Moan Subu Sadipun, Artikel ini pernah dimuat SKH Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, Edisi Minggu 3 Oktober 1993, Hal.8 )

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Valentine Day Versi Indonesia

SEBAGIAN kaum muda diperkotaan pada tanggal 14 Februari, senantiasa disibukkan dengan perayaan Hari Kasih Sayang atau Valentine Day.
Kesempatan ini biasanya dimanfaatkan untuk saling mengirimkan kartu ucapan dan berbagai bentuk paket Valentine Day. Barang tersebut ditujukan kepada mereka mereka yang paling dicintainya. Puncak acara perayaan ini tidak jarang akhiri dengan pesta bersama sahabat dekat maupun kelompoknya sendiri.
Kepekaan Kondisi Kini
Jikalau kita realistis berusaha merenungkan dan memahami, serta menilai secara lebih mendalam makna yang dikandung perayaan Valentine Day, adalah kasih sayang.
Dan karena itulah kaum muda seharusnya terpanggil untuk memberikan ungkapan kasih sayang yang senyatanya kepada siapa saja. Berorientasi kepada lingkungan yang lebih besar dan luas. Tersalurkannya tindakan dan peran itu secara nyata merupakan pertanda masih melekatnya benih kepedulian dan kepekaan sosial dari kalangan muda.
Bentuk Pengungkapan
Berangkat dari pola pikir diatas guna menyambut Hari Kasih Sayang/Valentine Day ada beberapa tawaran kecil dan menarik. Untuk dipertimbangkan, dilaksanakan dan dikembangkan di setiap perayaan ini.
Pertama, berkunjung ke Lembaga Pemasyarakatan. Kegiatan ini lebih dimaksudkan memberikan hiburan dan menebalkan rasa percaya diri para penghuni LP. Jika sekali kelak nanti mereka meninggalkan LP kembali ke kehidupan masyarakat luas.
Kedua, berkunjung dan ber Valentine Day, bersama dengan wong cilik yang berada pada lokasi kolong jembatan, dipinggir kali dan juga kaum gelandangan. Mereka ini adalah kaum yang sering luput dari perhatian. Kegiatan atau aksi tersebut dimaksudkan agar mereka pun dapat turut serta merasakan kasih sayang yang hadir dari perayaan ini.
Ketiga, mengunjungi Panti Jompo dan Panti Asuhan. Untuk memberikan hiburan dan mengobati kerinduan para penghuni panti jompo. Kunjungan ke panti asuhan lebih difokuskan pada pemberian bantuan disamping hiburan.
Bentuk pengungkapan kasih sayang diatas, mampu melahirkan kesan dan makna khusus bagi batasannya. Juga bagi pelaku dari kegiatan ini. Menampilkan dan mewujud nyatakan pengungkapan kasih sayang terhadap siapa saja. Tampa memandang status sosial yang dimilikinya dan tidak terbatas pada kelompok tertentu.
Hasil upaya pelaksanaan kegiatan diatas secara perlahan dan pasti bakal mampu menggusur habis issu dan kesan serta penilaian masyarakat terhadap unsur hura-hura yang senantiasa menunggangi setiap perayaan Valentine Day.
Bukannya tidak mungin, kelak langkah upaya diatas dapat dikembangkan menjadi semacam bagian dari tradisi dalam peryaan ini. Tindak lanjutnya tidak menutup kemungkinan pada suatu saat bakal lahir peryaan Hari Kasih Sayang versi Indonesia. Berdiri dan hadir dirintis oleh kaum muda yang menyadari arti penting dari pengungkapan kasih sayang kepada sesama manusia.
Disinilah kekritisan kaum muda diuji dalam hal memilih, menilai berbagai perbedaaan produk budaya. Pandai mengambil hikmah dari setiap peristiwa dan kondisi yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Kemudian melahirkan suatu wujud tindakan nyata melalui langkah baru dan bernilai.
Kita semua menghendaki kaum muda Indonesia tidak hanya mampu mentransfer secara mentah akan setiap produk budaya asing yang masuk. Namun sebaliknya ada tuntutan yang kita kehendaki dan ingin dicapai. Yakni, mengupayakan dan menciptakan produk yang sesuai dengan alam budaya negeri tercinta.

(Penulis : Edmundus Gabriel Moan Subu Sadipun, Artikel ini pernah dimuat pada Halaman Opini, SKH Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta Jumat, 14 Februari 1992. Hal.4)

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Timor Timur Juga Pernah Digoncang Perang Pasifik

Kisah pecah perang pasifik pertama kali dibuka dengan peyerangan Jepang pada Pearl Harbour Minggu pagi, 8 desember 1941. Gelar perang tersebut membawa pengaruh yang sangat luas ke berbagai wilayah termasuk Timor Timur yang ketika itu masih menjadi daerah jajahan Portugis (Portugal). Akibat peristiwa besar ini kedudukan Portugal sebagai penjajah di wilayah Timor Timur kian bertambah sulit. Pihak mereka tidak berani mengambil suatu tindakan balasan kepada sekutu yang menduduki wilayah jajahannya. Dan disamping itu pula telah dibebani oleh rasa kuatir terhadap pihak Jepang yang sedang berseteru kepada sekutu. 

Muasal masuknya pasukan sekutu lantaran untuk kepentingan strategis. Pihaknya memutuskan mendaratkan pasukannya di Dilli. Pasukan yang didaratkan ini gabungan Australia dan Belanda. Kehadiran pasukan gabungan sekutu pada wilayah Timor Timur ditolak pemerintah Portugal yang berkedudukan di Lisabon, kemungkian pertimbangan takut akan replesaille Jepang.

Kekuatiran serta ketakutan Portugal akhirnya jadi kenyataan. Mencapai puncaknya pada 19 Februari 1942, Angkatan Laut Jepang melancarkan serangannya dari arah laut. Disusul kemudian dengan pendaratan pasukan di kota Dilli. Tindakan yang dilancarkan Jepang menimbulkan perasaan tidak puas Portugal. Mereka menindaklanjuti hal itu dengan mengajukan protes yang dialamatkan ke Tokyo. Namun protes tidak mengubah sikap Jepang. Bahkan tidak mengoyahkan niat Jepang untuk melakukan aksi sapu bersih. Terbukti Jepang tetap melancarkan perlawanan terhadap sekutu di Timor Timur.

Momentum kesibukan Jepang yang terkonsentrasi mengarahkan hantaman ke pihak sekutu, digunakan oleh beberapa suku yang berada di bawah pimpinan raja-rajanya untuk balas dendam luka lama yang terpendam sekian tahun terhadap orang-orang Portugis yang berdomisili di Timor Timur. Peristiwa balas dendam tersebut merenggut nyawa manusia yang tidak kecil jumlahnya. Namun tidak seluruhnya suku-suku melakukan aksi balas dendam. Kenyataan sejarah menunjukkan ada diantaranya yang secara mati-matian membela serta mendukung gerilya Australia di sana.

Selama Jepang berada di Dilli, kondisi Timor Timur sangat kacau. Situasi yang kian panas dan kacau balau membuat kekuasaan Portugal praktis nyaris hilang ditelan amukan suasana ini. Dalam pertempuran-pertempuran gerilya selanjutnya disebut Sparow Force pasukan milik Australia. Sparow Force memang terkenal sebagai pasukan yang paling banyak mengadakan perlawanan keras terhadap Jepang. Pasukan Portugal yang seharusnya ikut ambil bagian dalam perlawanan guna melindungi Timor Timur, tidak mampu berbuat banyak bagi wilayah jajahannya dan nampaknya seperti tidak memiliki semangat bertempur. Belakangan, setelah diusut baru diketahui pasukan Portugal sebelumnya sudah dilucuti Jepang.

Keadaan yang penuh perlawanan baru berubah setelah Jepang kalah dalam Perang Pasifik. Portugis 29 September 1945 memberangkatkan konvoi tentaranya dari Mozambique untuk menjalankan missi merebut kembali Timor Timur. Tetapi terpaksa pasukan Portugal harus segera meninggalkan Timor Timur, kembali menuju Portugal. Lantaran sebelum kedatangan pasukan tersebut pertanggungjawaban keamanan bagi wilayah Timor Timur sudah diambil alih pihak Australia. Timor Timur baru secara resmi dikembalikan lagi kepada pemerintah Portugal ketika keamanan dinyatakan telah kembali pulih. ***
(Penulis: Edmundus Gabriel Moan Subu Sadipun, Artikel ini pernah dimuat SKH Kedaulatan Rakyat, Edisi Minggu 13 Desember 1992 Hal.7 )

Posted in Uncategorized | Leave a comment